0

Hubungan antara Dieng dengan Kerajaan Medang Kamulan Atau Mataran Kuno  

Menurut Prasasti Canggal (732 M), Raja Sanjaya adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno dari Dinasti Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah dengan sangat adil dan bijaksana, sehingga rakyatnya terjamin aman dan tentram. Di dalam masalah keagamaan, Raja Sanjaya mendatangkan pendeta-pendeta Hindu beraliran Siwa. Dari para pendeta itu, Raja dapat memperdalam agama Hindu Siwa. Pemujaan yang tertinggi di Kerajaan Mataram Kuno diberikan kepada Dewa Siwa yang dianggap sebagai Dewa tertinggi. Untuk memuja Dewa itu, didirikanlah candi-candi.



Keturunan Raja Sanjaya tetap beragama Hindu dengan wilayah kekuasaan meliputi Jawa Tengah bagian utara. Mereka mendirikan  candi-candi Hindu di Dataran tinggi Dieng dengan masa pembangunannya berkisar tahun 778-850 M. Di Dataran Tinggi Dieng dapat dijumpai perkomplekan candi yang banyak jumlahnya. Penamaan candi diambil dari nama wayang yang bersumber dari cerita Baratayuda seperti Candi Puntadewa, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Gatutkaca dan sebagainya.
Latak bangunan terpencar di beberapa tempat, sebagian ada yang mengelompok dan sebagian lain berdiri sendiri. Kelompok candi yang mengelompok yaitu komplek Percandian Arjuna yang berderet dari utara ke selatan, mulai dari Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Di depan Candi Arjuna terdapat Candi Semar.Bangunan candi yang berdiri sendiri misalnya Candi Bima, Candi Gatutkaca, Candi Dwarawati, Candi Parikesit, Candi Sentyaki, Candi Sadewa, Candi Gareng, Candi Petruk dan Candi Bagong.
 Di antara keseluruhan candi di Komplek Percandian Dieng tersebut, terdapat empat candi yang kini keadaannya masih relatif utuh yaitu Candi Bima, Candi Arjuna dan Candi Gatutkaca, Candi Dwarawati.
Pembangunan sebuah candi yang ada di dataran tinggi dieng dapat dilihat dari berbagai sisi.
Ketika penanggalan harfiah atau simbolik yang menunjukkan angka tahun tidak ditemukan, maka perhatian terhadap komponen bangunan menjadi alternatifnya. Komponen bangunan seperti cara penempatan tangga, kaki, jumlah relung, denah bangunan, seringkali mengarah pada gaya arsitektur masa tertentu. Selain itu, ornamen candi juga dapat menjadi petunjuk, seperti yang dilakukan EB Vogler. Ia mengelompokkan pendirian candi-candi di Jawa Tengah berdasarkan perkembangan bentuk kala makara. Kala makara merupakan penghias pintu gerbang dan relung-relung candi yang juga berfungsi sebagai ”penjaga”.

 http://www.sikatdiengtour.co.id/index.php/sejarah-dieng
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

Posting Komentar

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.

Rabu, 22 Januari 2014

Hubungan antara Dieng dengan Kerajaan Medang Kamulan Atau Mataran Kuno


Hubungan antara Dieng dengan Kerajaan Medang Kamulan Atau Mataran Kuno  

Menurut Prasasti Canggal (732 M), Raja Sanjaya adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno dari Dinasti Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah dengan sangat adil dan bijaksana, sehingga rakyatnya terjamin aman dan tentram. Di dalam masalah keagamaan, Raja Sanjaya mendatangkan pendeta-pendeta Hindu beraliran Siwa. Dari para pendeta itu, Raja dapat memperdalam agama Hindu Siwa. Pemujaan yang tertinggi di Kerajaan Mataram Kuno diberikan kepada Dewa Siwa yang dianggap sebagai Dewa tertinggi. Untuk memuja Dewa itu, didirikanlah candi-candi.



Keturunan Raja Sanjaya tetap beragama Hindu dengan wilayah kekuasaan meliputi Jawa Tengah bagian utara. Mereka mendirikan  candi-candi Hindu di Dataran tinggi Dieng dengan masa pembangunannya berkisar tahun 778-850 M. Di Dataran Tinggi Dieng dapat dijumpai perkomplekan candi yang banyak jumlahnya. Penamaan candi diambil dari nama wayang yang bersumber dari cerita Baratayuda seperti Candi Puntadewa, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Gatutkaca dan sebagainya.
Latak bangunan terpencar di beberapa tempat, sebagian ada yang mengelompok dan sebagian lain berdiri sendiri. Kelompok candi yang mengelompok yaitu komplek Percandian Arjuna yang berderet dari utara ke selatan, mulai dari Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Di depan Candi Arjuna terdapat Candi Semar.Bangunan candi yang berdiri sendiri misalnya Candi Bima, Candi Gatutkaca, Candi Dwarawati, Candi Parikesit, Candi Sentyaki, Candi Sadewa, Candi Gareng, Candi Petruk dan Candi Bagong.
 Di antara keseluruhan candi di Komplek Percandian Dieng tersebut, terdapat empat candi yang kini keadaannya masih relatif utuh yaitu Candi Bima, Candi Arjuna dan Candi Gatutkaca, Candi Dwarawati.
Pembangunan sebuah candi yang ada di dataran tinggi dieng dapat dilihat dari berbagai sisi.
Ketika penanggalan harfiah atau simbolik yang menunjukkan angka tahun tidak ditemukan, maka perhatian terhadap komponen bangunan menjadi alternatifnya. Komponen bangunan seperti cara penempatan tangga, kaki, jumlah relung, denah bangunan, seringkali mengarah pada gaya arsitektur masa tertentu. Selain itu, ornamen candi juga dapat menjadi petunjuk, seperti yang dilakukan EB Vogler. Ia mengelompokkan pendirian candi-candi di Jawa Tengah berdasarkan perkembangan bentuk kala makara. Kala makara merupakan penghias pintu gerbang dan relung-relung candi yang juga berfungsi sebagai ”penjaga”.

 http://www.sikatdiengtour.co.id/index.php/sejarah-dieng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar